LENSAPION – Hari kelima persidangan sengketa hasil Pilkada 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK) diwarnai dengan sejumlah momen yang mencairkan suasana.
Pada Selasa, 14 Januari 2025, sidang pemeriksaan pendahuluan ini menghadirkan sejumlah peristiwa menarik, terutama di Panel II dan Panel III, yang tak luput dari candaan para hakim konstitusi.
Humor-humor ini seakan menjadi pelipur ketegangan di tengah seriusnya proses sidang.
Senyuman dan Raut Wajah Berbeda
Di Panel II, Ketua Sidang Saldi Isra berhasil mencuri perhatian dengan pengamatannya yang jenaka terhadap ekspresi para kuasa hukum.
Ia menyebutkan bahwa senyuman dari pihak termohon dan pihak terkait terlihat lebih ceria dibandingkan dengan wajah kuasa hukum pemohon. Komentarnya ini disampaikan sambil tersenyum, yang langsung memicu tawa dari seluruh ruangan sidang.
“Dari cara senyum saja, sudah terlihat bedanya antara pihak terkait dan pemohon,” ujar Saldi di penghujung sidang, menambahkan bumbu humor untuk meringankan suasana.
Tidak berhenti di situ, Saldi juga mengingatkan bahwa kasus sengketa Pilkada seharusnya tidak membuat suasana menjadi terlalu tegang.
Ia menekankan bahwa permasalahan yang dibahas dalam sidang ini hanyalah urusan duniawi, sehingga tidak perlu dibawa terlalu serius.
“Mari kita hadapi ini dengan santai. Semua ini hanya perkara dunia, jadi selesai di sini ya selesai urusannya,” katanya, disertai tawa kecil.
Barang Bukti Sapi dan Dering Ponsel
Di Panel III, suasana santai juga terasa ketika Hakim Konstitusi Arief Hidayat memimpin sidang terkait gugatan pemilihan bupati Kabupaten Bone Bolango. Gugatan ini diajukan oleh pasangan calon nomor urut 1, Merlan S. Uloli dan Syamsu T. Botutihe.
Kuasa hukum pemohon, Mashuri, menyampaikan adanya dugaan pelanggaran berupa janji politik yang melibatkan pemberian sapi kepada peserta kampanye oleh salah satu calon wakil bupati, Risman Tolingguhu.
Namun, pernyataan Mashuri segera memancing respons jenaka dari Hakim Arief, yang bertanya dengan santai, “Tapi barang buktinya sapinya tidak dibawa ke sini, kan?”. Komentar ini langsung memicu tawa di ruang sidang.
Tidak hanya itu, momen humor lain terjadi ketika ponsel seseorang tiba-tiba berdering saat Mashuri masih membacakan pokok permohonan. Hakim Arief menanggapi situasi tersebut dengan lelucon yang mengundang senyum.
“Wah, itu ponsel murahnya bikin kaget. Padahal sudah saya bilang, handphone murah tidak boleh berbunyi di ruang sidang,” ujarnya, membuat suasana sidang lebih santai.
Apresiasi untuk Tertibnya Jalannya Sidang
Humor yang disampaikan para hakim tentu tidak lepas dari tujuan untuk menciptakan suasana persidangan yang lebih nyaman dan tidak terlalu tegang.
Namun, di akhir sidang, Saldi Isra tetap memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang hadir karena mampu menjaga ketertiban dan mengikuti proses sidang dengan baik.
“Kami sangat menghargai semua pihak yang telah menghadiri sidang dengan tertib dan mengikuti jalannya persidangan dengan fokus. Ini membuat prosesnya berjalan efektif hingga saat ini,” kata Saldi saat menutup persidangan.
Ia juga mengingatkan semua pihak untuk mempersiapkan bukti dengan lebih optimal untuk sidang berikutnya. “Bukti yang diajukan nanti akan menjadi fokus pemeriksaan sebelum masuk ke tahap dismisal. Jadi, harap memanfaatkan waktu dengan baik untuk pengumpulan bukti,” tambahnya.
Menghadirkan Humor di Tengah Ketegangan
Meskipun persidangan sengketa hasil Pilkada kerap dianggap sebagai proses yang serius, para hakim MK berhasil menghadirkan momen santai melalui humor-humor sederhana. Hal ini mencerminkan sisi manusiawi dalam proses hukum yang kaku dan penuh tekanan.
Selain itu, candaan tersebut juga menjadi bentuk pengingat bahwa semua pihak perlu tetap menjaga kewarasan dan suasana hati di tengah proses hukum yang melelahkan.
Keberhasilan para hakim dalam mencairkan suasana ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang santai dan humanis dalam persidangan. Dengan suasana yang lebih cair, diharapkan seluruh pihak yang terlibat dapat menjalani proses hukum dengan pikiran jernih dan tanpa tekanan berlebihan.
Sidang pendahuluan sengketa Pilkada 2024 ini menjadi contoh bahwa humor dan profesionalisme dapat berjalan berdampingan. Para hakim MK, meski terkenal tegas dalam menegakkan hukum, tetap mampu menyisipkan humor tanpa mengurangi esensi persidangan.
Ke depan, diharapkan proses sidang dapat terus berlangsung dengan tertib, efektif, dan tetap dalam suasana yang kondusif. Dengan demikian, sidang tidak hanya menjadi tempat untuk mencari keadilan, tetapi juga ruang untuk menjaga semangat kebersamaan di tengah dinamika politik yang kerap memanas.
Momen-momen unik seperti di atas juga menjadi pengingat bahwa setiap proses hukum, betapapun seriusnya, tetap merupakan bagian dari kehidupan manusia yang penuh warna. Di tengah ketegangan politik dan hukum, ada ruang untuk senyuman dan tawa sebagai pelepas tekanan, sekaligus penguat semangat untuk terus mencari keadilan yang sejati.