LENSAPION – Pada masa krisis ekonomi 1998, nilai tukar rupiah sempat anjlok hingga mencapai Rp 17.000 per dollar AS. Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Indonesia berhasil memulihkan nilai tukar rupiah hingga menguat ke level Rp 6.500 per dollar AS.
Situasi yang mencekam saat itu membutuhkan kebijakan yang cepat, strategis, dan inovatif untuk menyelamatkan ekonomi nasional.
Habibie, meskipun bukan berlatar belakang ekonomi, memiliki kepekaan luar biasa dalam menangani krisis ekonomi. Beliau menganalogikan kondisi ekonomi Indonesia saat itu seperti pesawat dalam situasi stall, di mana pesawat kehilangan daya angkatnya.
Jika tidak segera ditangani, maka pesawat bisa jatuh. Prinsip ini menjadi dasar dari strategi Habibie untuk mengatasi keterpurukan ekonomi.
Kebijakan Strategis BJ Habibie
Salah satu langkah krusial yang diambil oleh BJ Habibie adalah restrukturisasi sektor perbankan.
Pada 21 Agustus 1998, pemerintah melaksanakan penggabungan (merger) sejumlah bank menjadi entitas yang lebih kuat. Salah satu hasil nyata dari kebijakan ini adalah terbentuknya Bank Mandiri, yang menjadi tulang punggung stabilitas perbankan nasional.
Langkah ini diambil untuk memastikan sektor perbankan mampu menopang pemulihan ekonomi dan mendukung likuiditas di masyarakat.
Selain restrukturisasi perbankan, Habibie juga mengambil keputusan penting dengan memisahkan Bank Indonesia (BI) dari kendali pemerintah. Dengan kebijakan ini, BI menjadi lembaga independen yang bebas dari tekanan politik.
Keputusan ini dirancang untuk memulihkan kepercayaan publik dan investor terhadap tata kelola moneter di Indonesia. Keberhasilan langkah ini menciptakan stabilitas yang sangat dibutuhkan untuk memulihkan nilai tukar rupiah.
Independensi Bank Indonesia memberikan ruang bagi lembaga tersebut untuk menjalankan kebijakan moneter secara lebih objektif.
Investor asing pun mulai kembali menanamkan modal mereka di Indonesia karena meningkatnya keyakinan terhadap pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Kepercayaan yang pulih ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
Hasil Kebijakan dan Dampaknya
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Habibie membuahkan hasil yang signifikan. Nilai tukar rupiah berhasil menguat dari Rp 17.000 per dollar AS menjadi Rp 6.500 per dollar AS.
Tidak hanya itu, inflasi yang semula mencapai tingkat sangat tinggi, hampir mendekati hiperinflasi sebesar 78 persen, berhasil ditekan menjadi hanya sekitar dua persen.
Prestasi ini menjadi bukti bahwa langkah-langkah yang diambil Habibie sangat efektif dalam mengatasi krisis.
Kejelian Habibie dalam memahami inti permasalahan ekonomi Indonesia, meskipun bukan seorang ekonom, menjadi catatan penting dalam sejarah kepemimpinan Indonesia.
Fokus pada pembenahan struktur dan sistem, alih-alih hanya mengatasi gejala, memberikan hasil yang jauh lebih berkelanjutan.
Tantangan dan Proyeksi Rupiah ke Depan
Saat ini, tantangan serupa kembali menghantui perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali melemah, bahkan mencapai Rp 16.099 per dollar AS pada Oktober 2024, menurut data dari Bank Indonesia.
Meskipun angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan masa krisis 1998, situasi ini tetap membutuhkan perhatian serius.
Ekonom senior dari DBS Bank, Radhika Rao, memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus tertekan hingga semester pertama 2025. Faktor utama yang memengaruhi pelemahan ini adalah penguatan indeks dollar AS yang memberikan tekanan terhadap mata uang di seluruh dunia.
DBS Bank memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 16.025 pada paruh pertama tahun 2025, sebelum berangsur menguat ke level Rp 15.450 pada akhir tahun.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah pada 2025 akan berkisar antara Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dollar AS.
Penguatan ini diperkirakan akan terjadi seiring dengan prospek pelonggaran kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral AS serta aliran modal asing yang kembali masuk ke pasar domestik.
Faktor-faktor ini diyakini akan memberikan dampak positif terhadap stabilitas nilai tukar.
Perry juga menyampaikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025, yang diperkirakan berada di angka 4,8 hingga 5,6 persen.
Tingkat inflasi diproyeksikan tetap terkendali dalam rentang target, yaitu 1,5-3,5 persen. Stabilitas ini diharapkan menjadi pondasi yang kuat untuk mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Pelajaran dari Masa Kepemimpinan BJ Habibie
Pengalaman krisis ekonomi 1998 memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Keberhasilan BJ Habibie dalam memulihkan rupiah menunjukkan pentingnya langkah-langkah strategis yang berfokus pada pembenahan struktur dan tata kelola.
Dalam konteks saat ini, pemerintah dan otoritas moneter dapat mengambil inspirasi dari kebijakan Habibie untuk menghadapi tantangan yang ada.
Pendekatan yang transparan, berbasis data, dan melibatkan kepercayaan publik merupakan kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dengan belajar dari sejarah, Indonesia diharapkan mampu mengatasi tekanan ekonomi global dan membawa perekonomian nasional menuju kemakmuran yang berkelanjutan.