LENSAPION – Lari telah menjadi salah satu olahraga yang populer di Indonesia karena manfaatnya yang terbukti mendukung kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang rutin berlari minimal satu jam per minggu cenderung memiliki harapan hidup lebih panjang dan risiko lebih rendah terkena penyakit kronis.
Belakangan, tren baru yang disebut run streak semakin diminati. Aktivitas ini mengharuskan seseorang untuk berlari sejauh minimal 1,6 kilometer setiap hari, baik di luar ruangan maupun di treadmill. Namun, apakah lari harian ini benar-benar aman bagi tubuh?
Dampak Lari Harian pada Tubuh
Untuk menjadi pelari yang efisien, baik pemula maupun profesional perlu mengikuti pola latihan yang melibatkan kombinasi intensitas rendah, latihan interval, serta waktu istirahat yang cukup.
Istirahat menjadi komponen penting karena membantu pemulihan otot, sendi, dan ligamen, sekaligus mengembalikan energi tubuh.
Meski lari setiap hari dapat meningkatkan kebugaran, seperti memperbaiki kemampuan tubuh menggunakan oksigen, menurunkan detak jantung saat istirahat, dan memanfaatkan lemak sebagai sumber energi, hal ini juga membawa risiko jika tidak dilakukan dengan bijak.
Berikut beberapa risiko yang dapat muncul jika lari dilakukan setiap hari tanpa istirahat:
1. Kerusakan Tubuh
Latihan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kemungkinan munculnya jaringan parut pada jantung.
2. Penurunan Imunitas
Sistem kekebalan tubuh dapat melemah akibat tekanan fisik yang terus-menerus, sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.
3. Cedera
Sekitar 70% pelari mengalami cedera akibat latihan yang berlebihan. Cedera ini sering kali disebabkan oleh stabilitas otot yang buruk, terutama di area pinggul.
Efek Samping Lari Setiap Hari
Berdasarkan rekomendasi Mayo Clinic, batas aman untuk berlari adalah sekitar 9,6 kilometer per minggu. Jika melebihi batas ini, berikut beberapa efek samping yang mungkin terjadi:
1. Gejala Flu
Berolahraga di udara dingin dapat memicu iritasi pada paru-paru, menyebabkan gejala seperti batuk, pilek, atau radang tenggorokan.
2. Sindrom Bokong Mati Rasa
Penyakit ini terjadi karena peradangan tendon di area pinggul, biasanya dialami pelari jarak jauh atau orang yang terlalu lama duduk.
3. Sering Buang Air Kecil
Aktivitas lari intensif dapat melemahkan otot panggul, terutama pada wanita, sehingga meningkatkan risiko inkontinensia urine.
4. Kulit Gatal
Aliran darah yang meningkat saat berlari dapat merangsang saraf di sekitar pembuluh darah, menyebabkan rasa gatal di area kaki.
5. Penurunan Libido
Studi menunjukkan bahwa beberapa pria yang terlalu sering berlari mengalami penurunan gairah seksual, kemungkinan akibat kadar testosteron yang menurun.
Meskipun lari memberikan banyak manfaat, melakukannya setiap hari tanpa waktu istirahat yang cukup dapat menimbulkan dampak negatif.
Pastikan untuk mendengarkan kebutuhan tubuh Anda, memberi waktu pemulihan yang memadai, dan mempertahankan pola latihan yang seimbang untuk menjaga kesehatan jangka panjang.