LENSAPION – Rakyat Suriah berpesta merayakan runtuhnya kekuasaan Bashar al-Assad pada Minggu (8/12/2024), mengakhiri era pemerintahan Partai Baath yang telah berlangsung selama setengah abad.
Perayaan tersebar di berbagai penjuru negeri, menyusul kabar bahwa Assad melarikan diri ke Moskow bersama keluarganya di tengah serangan besar-besaran oleh kelompok pemberontak.
Rumah Assad Jadi Sasaran Massa
Di Damaskus, kelompok massa memasuki rumah mewah milik Assad yang kini kosong. Mereka menjelajahi ruang-ruang besar di dalamnya, menunjukkan simbol akhir kekuasaan rezim yang selama ini dianggap represif.
Amer Batha, salah satu warga Damaskus, menyampaikan kegembiraannya melalui sambungan telepon AFP. “Saya tidak percaya mengalami momen ini. (Ini) awal era baru bagi Suriah,” katanya dengan penuh emosi.
Pengumuman Pembebasan Damaskus
Kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memimpin serangan, mengumumkan keberhasilan mereka merebut ibu kota. Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, dalam pidatonya menyebut ini sebagai “hari bersejarah bagi kawasan.”
Dengan suara lantang, warga berseru, “Suriah adalah milik rakyat, bukan keluarga Assad!” Tembakan perayaan pun bergema di jalanan, melambangkan kebebasan yang baru saja diraih.
Akhir Rezim yang Brutal
Kejatuhan Assad terjadi setelah pemberontak melancarkan serangan mendadak sejak 27 November 2024. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kelompok ini berhasil menguasai beberapa kota besar, termasuk Homs dan Aleppo.
Serangan tersebut juga menyebabkan rezim kehilangan kendali atas Damaskus.
Selama 50 tahun, rezim Assad dikenal menggunakan kekerasan untuk membungkam oposisi. Rakyat yang dicurigai menentang pemerintah kerap menghadapi ancaman penjara atau kematian.
Kini, patung-patung Hafez al-Assad, ayah Bashar dan pendiri rezim ini, diruntuhkan oleh massa sebagai simbol perlawanan terhadap tirani.
Tahanan Dibebaskan, Harapan Baru Muncul
Pemberontak juga membebaskan ribuan tahanan dari berbagai penjara, termasuk Sednaya, yang dikenal sebagai salah satu penjara paling brutal di dunia.
Amnesty International menyebut peristiwa ini sebagai peluang bagi Suriah untuk memulai babak baru yang lebih adil, dengan menyerukan akuntabilitas atas kejahatan masa lalu.
Masa Depan Suriah
Para penyelidik PBB mendesak pihak-pihak yang kini memegang kekuasaan untuk memastikan bahwa pelanggaran HAM seperti yang dilakukan rezim Assad tidak terulang.
Sementara itu, berbagai kelompok oposisi mulai berdiskusi mengenai masa depan politik Suriah, termasuk pembentukan pemerintahan baru melalui pemilihan umum yang bebas.
Runtuhnya rezim Assad tak hanya menandai akhir kekuasaan keluarganya, tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih menjanjikan bagi rakyat Suriah.
Namun, tantangan besar masih menanti di tengah upaya membangun kembali negara yang telah hancur akibat perang berkepanjangan.